Jumat, 01 Februari 2019

Musafir

 Source picture on tumblr

"Mengapa engkau bertongkat wahai Imam? Bukankah engkau belum tua?” Tanya seseorang kepada pemuda yang masih muda lagi bugar tubuhnya

“Untuk mengingatkan diriku,” sahutnya sambil tersenyum, “bahwa aku adalah seorang musafir  yang mampir, tidak punya apa-apa dan tidak pula menetap di bumi selamanya.”

Maa syaa Allah.. dialah Imam Asy-Syafi’i, Rahimahullahu Ta’ala. :’

Bukankah demikian? Bahwa dunia ini begitu fana dan sementara. Sedih akan segera berganti, musibah akan segera terlewati, dan bermusim-musim arah angin—akan terus membawa langkah kaki menuju pintu gerbang kampung halaman yang hakiki

Duhai, kiranya diri membawa banyak barang-barang tak berarti. Liang kubur takkan mampu menampungnya, sedang diri sendiri saja terhimpit tanah gelap nan sepi.
***
Kitalah musafir,
...pengembara.
Yang datang ke dunia dengan tangan hampa,
begitu pun nanti pulangnya.
Sungguh,
sehelai kafan
kan menjadi senyata-nyatanya barang bawaan.
Dan hanya amal kebaikan
yang kan menerangi gelap kubur tak berjendela.
Pengembara,
Tak memiliki tempat tinggal tetap dalam perjalanannya.
Pulang, dia kan berpulang.
Bisa nanti, atau beberapa menit dimulai dari sekarang.



-aviliaarmiani-